Dengan adanya arus globalisasi dan
revolusi informatika mengakibatkan kebudayaan bangsa yang menghuninya akan
dihadapkan kepada peradaban dunia. Peradaban yang tidak selalu positif teerhadap
sendi-sendi budaya suatu bangsa.
Arus globalisasi berimplikasi
runtuhnya berbagai bentuk proteksi termasuk proteksi seni dan budaya. Sedangkan
revolusi informatika berimplikasi masuknya informasi dari segala penjuru dunia
termasuk informasi yang bermuatan seni dan budaya “Asing”. Dengan kemasan yang
sangat canggih budaya “Asing” ini terlihat lebih menarik daripada kemasan budaya
kita yang pada akhirnya baik para pelaku seni suatu Negara ataupun konsumen
seni akan berpaling dari kebudayaan asli warisan leluhurnya.
Dengan adanya globalisasi dan arus
informatika ini, jika kita tidak waspada mempunyai strategi dan proteksi yang
handal, ini menjadi isyarat kematian bagi kebudayaan asli. Bahkan akan menjadi
isyarat kematian bagi eksistensi bangsa itu sendiri. Ini bukan rakayasa!
Pengaruh tersebut sudah sangat jelas kelihatan pada kehidupan sehari-hari
bangsa Indonesia.
Mengadakan suatu perlawanan melalui
sensor seni dan kebudayaan adalah hal yang tidak mungkin pada zaman reformasi
ini.
Kemudian apakah yang harus
diluncurkan?
Tiada lain salah satunya adalah
memperkuat seni dan budaya Indonesia pada umumnya, seni dan budaya Tatar Sunda
pada khususnya. Yaitu dengan mengintensifkan upaya-upaya pengalian,
pelestarian, presentasi dan representasi seni budaya serta “Investasi budaya”.
Terutama sekali adalah investasi budaya Sunda pada generasi pengganti. Strategi
ini harus disertai dengan upaya-upaya pendidikan dan pembinaan terutama kepada
anak-anak kita dan kepada masyarakat secara umum yang berkesinambungan.
Kami berpendapat bahwa strategi ini
adalah salah satu strategi yang paling menjanjikan dengan hasil yang signifikan
meskipun akan memakan waktu yang cukup lama dan kerja keras para seniman dan
budayawan itu sendiri.
Atas dasar itulah maka kami berbulat
hati dan bertekad untuk menyelenggarakan Kegiatan Budaya di Panjalu Kabupaten
Ciamis sebagai pengembangan Prosesi Upacara Tradisi “Nyangku dan Festival
Budaya Panjalu” pada Bulan Maulud.
0 comments:
Post a Comment