Situ Lengkong Panjalu

Situ Lengkong Panjalu

Tuesday, January 31, 2017

Latar Belakang NYANGKU dan FESTIVAL BUDAYA PANJALU

Nyukcruk Galurna Karuhun
Ngudag Lacak Laratan anu Baheula
Kiwari Ngancik Bihari
Ayeuna Sampeurun Jaga

Terdapatnya sejumlah benda-benda pusaka peninggalan leluhur Raja-raja dan Bupati Panjalu yang tersimpan di “Bumi Alit” yaitu bangunan kecil sebagai museum di pojok selatan Alun-alun Panjalu.

Peninggalan tersebut antara lain Pedang Cis (Tombak Bermata Dua) dan Genta (Lonceng) milik Prabu Sanghiang Borosngora. Raja Islam pertama di Panjalu. Beliaulah yang membangun ibukota kerajaan di tempat yang kini terkenal dengan nama Situ Lengkong.

Barang-barang pusaka inilah yang diamanatkan beliau kepada putranya Adipati Prabu Hariang Kuning dan Adapati Prabu Hariang Kencana untuk dirawat dan dimaknai nilai-nilainya. Ini diamanatkan ketika beliau berangkat ke Jampang Manggung (kawasan Sukabumi) dalam rangka melaksanakan syiar Islam.




Amanat ke dua yaitu :

Sing saha anak incu katurunan kaula, isuk jaganing geto hayang ziarah ka kaula teu perlu neangan dimana kaula dimakamkeun tapi cukup nempo ieu parabot. Lain kaula nyurup ka ieu parabot, tapi tengetkeun yen ieu parabot bukti perjuangan kaula ngalap elmu sajati ajaran Islam”.

“Sing saha anak incu kaula isuk jaganing geto hirup jeung huripna ingkar tina papagon kaula, mangka moal jamuga”.

Papagon tersebut adalah :

Mangan karana halal
Pake karana suci
Ucap lampah sabenere


Papagon inilah yang kemudian disebut “Papagon Ka-Panjaluan” sebagai refleksi dari pedoman hidup Islami “Amar Ma’ruf Nahi Munkar”. Sejak itulah barang-barang pusaka tersebut “Dirawat” agar lestari dan disosialisasikan maknanya dalam kehidupan sehari-hari warga Panjalu.
Langkah itu digelar dalam suatu upacara adat yang dikenal sebagai “Upacara Nyangku”. Secara tradisi, Upacara Adat Nyangku dilaksanakan setiap hari Senin atau Senin pada akhir Bulan Maulud.

Secara garis besar misi kegiatan ini adalah sebagai berikut :

1.        Melakukan upaya-upaya revivalisasi seni dan budaya tradisi Panjalu yang pernah dan hampir punah, tetapi mempunyai pengaruh positif atas kehidupan Etnis Sunda melalui upaya-upaya penggalian dan pengembangan serta pelestarian dan repressentasi dalam bentuk kemasan baru.
2.        Melaksanakan pemeliharaan, perawatan dan pembersihan pusaka Leluhur Panjalu khususnya Prabu Sanghyang Borosngora, Raja Islam pertama di Panjalu serta peninggalan raja-raja lainnya.
3.      Mengambil hikmah dari kegiatan tersebut dalam upaya membangun generasi bangsa sejahtera sesuai dengan tujuan pembangunan nasional.
4.        Mensosialisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Papagon Panjalu dan wangsit Borosngora antara lain : “Mangan Karana Halal, Pake Karana Suci, Ucap Lampah Sabenere”.
5.        Mendorong upaya menggali nilai-nilai budaya sendiri agar tidak kehilangan jati diri dalam menghadapi tantangan era globalisasi (dampak 5 F : Food, Film, Fasion, Finance and Daight).



0 comments:

Post a Comment